Kamis, 04 Februari 2016

LATAR BELAKANG MASUKNYA EROPA KE INDONESIA



TUGAS SEJARAH INDONESIA
LATAR BELAKANG MASUKNYA
BANGSA EROPA KE INDONESIA
 










NAMA KELOMPOK :
1.      I MADE ARYA BUDI SUPARTHANA     (06)
2.      NI PUTU AYU KRISNAYANTI                 (09)
3.      NI NYOMAN SRI KUSUMA WARDANI (28)
4.      NI LUH PUTU SUPARMINI                                   (29)
5.      I GUSTI AGUNG YOGANANDA              (34)




1.      Tujuan ekonomi, yaitu mencari keuntungan yang besar dari hasil perdagangan rempah - rempah. Membeli dengan harga murah di Maluku, dan menjualnya dengan harga tinggi di Eropa.
2.      Tujuan agama, yaitu menyebarkan agama Nasrani.
3.      Tujuan petualangan, yaitu mencari daerah jajahan.
v  Tujuan tersebut lebih dikenal dengan Gold, Glory, Gospel.
A. Gold, yaitu mencari emas dan mencari kekayaan.
B. Glory, yaitu mencari keharuman nama, kejayaan, dan kekuasaan.
C. Gospel, yaitu tugas suci menyebarkan agama Nasrani.

v  Tokoh – tokoh

 
Bartholomeus Diaz                 Vasco da Gama                           Alfonso D’Albuquerque

v  Tokoh- tokoh
   
            Christhoper Colombus              Ferdinand Magelhaens      Sebastian de Elcano

BANGSA BELANDA
v  Latar belakang masuknya bangsa Belanda ke Indonesia:

1.      Meletusnya Perang Delapan Puluh Tahun antara Belanda dan Spanyol (tahun 1568 -1648). Perang antara Belanda dan Spanyol ini pada awalnya bersifat agama. Kemudian perang berkembang menjadi perang ekonomi dan politik. Raja phillip II dari Spanyol memerintahkan kota Lisabon tertutup bagi kapal Belanda pada tahun 1585. Portugis menaati perintah tersebut sebab Portugis telah diduduki Spanyol.
2.      Adanya petunjuk jalan ke Indonesia dari Jan Huygen van Linscoten mantan pelaut Belanda yang bekerja pada Portugis dan pernah sampai ke Indonesia.


v  Tokoh – tokoh
     
Jan Huygen van Linscoten   Cornelis de Houtman    Peter Keyzer
Jacob van Neck

BANGSA INGGRIS
v  Latar belakang masuknya Bangsa Inggris ke Indonesia:
1.      Bangsa inggris datang ke nusantara pada 1811 dengan kongsi dagang bernama East India Company (EIC) tujuannya, merebut seluruh kekuasaan belanda yang saat itu sudah menguasai sebagian besar Nusantara (tidak hanya ternate). Tokoh – tokoh




v  Tokoh – tokoh

              
Thomas Cavendish              Francis Drake                      

MAKALAH INTEGRASI NASIONAL



MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
INTEGRASI NASIONAL








 








NAMA KELOMPOK :
NI PUTU AYU KRISNAYANTI
NI NYOMAN SRI KUSUMA WARDANI
ATIKA AZHARI
YAYU PUTU TRI SEPTIARINI
I PUTU ADITYA PUTRA ANDRIANA
I KADEK ADI ARYA INDRAWAAN
I DEWA GEDE AGUNG PRADNYA KUSUMA
SMA NEGERI 1 AMLAPURA
2013/2014


KATA PENGANTAR
            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Laut Sebagai Faktor Integrasi Nasional” ini.
Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan juga bantuan berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman yang selalu memberikan dorongan dan sumbangan pikiran yang bersifat positif terhadap penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari, bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga makalah  ini dapat diselesaikan.
            Akhir kata, penulis minta maaf atas segala kesalahan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
 
  
BAB I
1.1  LATAR BELAKANG
Integrasi nasional adalah suatu penyatuan atau pembauran kehiduan bangsa yang beraneka ragam budaya, suku, agama menjadi satu kesatuan yang utuh dalam suatu bangsa. Integrasi nasional sangat dibutuhkan Negara ini tentunya Negara Indonesia. Karena begitu banyaknya keanekaragaman yang dimiliki oleh Indonesia maka sangat sulitlah untuk mewujudkan integrasi nasional. Apalagi sering terjadi hambatan, gangguan., tantangan, dan ancaman. Beberapa upaya pun dilakukan Negara kita untuk mempersatukan perbedaan sesuai dengan bhineka tunggal ika.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Faktor apa saja yang mendorong Integrasi?
1.2.2        Faktor apa saja yang dapat menghambat integrasi?
1.2.3        Upaya apa yang harus dilakukan dalam membangun integrasi?

1.3  Tujuan penulisan
1.3.1        Untuk mengetahui factor-faktor pendorong integrasi.
1.3.2        Untuk mengetahui factor-faktor yang bisa mengancam integrasi.
1.3.3        Untuk mengetahui upaya yang harus dilakukan dalam membangun integrasi.

1.4  Manfaat penulisan
1.4.1        Memperluas cakrawala berfikir kita mengenai masalah-masalah yang ada di Indonesia.
1.4.2        Sebagai media informasi dalam dunia pendidikan.






BAB II
PEMBAHASAN

2.1 FAKTOR – FAKTOR PENDORONG INTEGRASI
1. Istilah integrasi nasional berasal dari dua kata yaitu integrasi dan nasional. Istilah integrasi mempunyai arti pembauran/penyatuan sehingga menjadi kesatuan yang utuh / bulat. Istilah nasional mempunyai pengertian kebangsaan, bersifat bangsa sendiri, meliputi suatu bangsa seperti cita-cita nasional, tarian nasional, perusahaan nasional (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 1989 dalam Suhady 2006: 36).
Di Indonesia istilah integrasi masih sering disamakan dengan istilah pembauran atau asimilasi, padahal kedua istilah tersebut memiliki perbedaan. Integrasi diartikan dengan integrasi kebudayaan, integrasi social, dan pluralisme social. Sementara pembauran dapat berarti penyesuaian antar dua atau lebih kebudayaan mengenai beberapa unsur kebudayaan (culutural traits) mereka yang berbeda atau bertentangan, agar dapat dibentuk menjadi suatu sistem kebudayaan yang selaras (harmonis).
Dengan demikian Integrasi nasional dapat diartikan penyatuan  bagian-bagian yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh, atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa (ICCE,2007). Masalah integrasi nasional di Indonesia  sangat kompleks  dan multidimensional. Untuk mewujudkan deperlukan keadilan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah dengan tidak membedakan ras, suku, agama, bahasa, gender, dan sebagainya. Sebenarnya upaya membangun keadilan, kesatuan, dan persatuan bangsa merupakan bagian dari upaya membangun dan membina stabilitas politik disamping upaya lain seperti banyaknya keterlibatan pemerintah dalam menentukan komposisi dan mekanisme parlemen.
2. Faktor-faktor pendorong integrasi nasional sebagai berikut:
a.   Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan.
b.   Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
c.       Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan perjuangan merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.
d.      Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan oleh banyak pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.
e.       Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila dan UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa kesatuan bahasa Indonesia.
f.        Adanya simbol kenegaraan dalam bentuk Garuda Pancasila, dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
g.      Pengembangan budaya gotong royong yang merupakan ciri khas kepribadian bangsa Indonesia secara turun temurun.
3. Faktor-faktor penghambat integrasi nasional sebagai berikut:
a.       Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-faktor kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut, ras dan sebagainya.
b.      Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh lautan luas.
c.        Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang merongrong keutuhan, kesatuan dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
d.      Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa.
e.       Adanya paham “etnosentrisme” di antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan kelebihan-kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
f.        Lemahnya nilai-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa, baik melewati kontak langsung maupun kontak tidak langsung.
g.      Kontak langsung, antara lain melalui unsur-unsur pariwisata, sedangkan kontak tidak langsung, antara lain melalui media cetak (majalah, tabloid), atau media elektronik (televisi, radio, film, internet, telepon seluler yang mempunyai fitur atau fasilitas lengkap).

3. Pengertian Toleransi
Toleransi berasal dari bahasa Latin; tolerare artinya menahan diri, bersikap sabar membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati lapang terhadap orang-orang yang emiliki pendapat berbeda. sikap toleran tidak berarti membenarkan pandangan yang dibiarkan itu, tetapi mengakui kebebasan serta hak-hak asasi para penganutnya.
Toleran mengandung pengertian bersikap mendiamkan, adapun toleransi adalah suatu sikap tenggang rasa kepada sesamanya. Bangsa Indonesia terdiri dari bermacam macam suku yang mempunyai kebudayaan sendiri sendiri, memeluk agama dan menganut kepercayaan yang berbeda beda akan tetapi mereka tetap satu bangsa memiliki satu tanah air dan memiliki bahasa persatuan. Semboyan kita yakni Bhineka Tunggal Ika.
Sifat dasar bangsa Indonesia yang amat menonjol adalah sifat sifat kekeluargaan, musyawarah, percaya dan taat beribadah kepada tuhan, sifat ramah tamah, gotong royong, suka menolong, dan toleransi adalah sifat yang harus kita miliki.
4.Menuju toleran yang hakiki




Toleran dalam kehidupan beragama menjadi sangat mutlak adanya dengan eksisnya berbagai agama dalam kehidupan manusia sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imron ayat 103:
Kebahagiaan dalam kehidupan manusia akan tercapai apabila didasarkan atas keselarasan dan keseimbangan. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia sikap hormat menghjormati antar pemeluk agama perlu dikembangkan sehingga kerukunan antar umat beragama dapat terjalin dengan baik.
5. Toleransi dalam pluralisme beragama
Agama merupakan suatu anugrah dari tuhan yang maha esa, diperuntukkan bagi kemaslahatan, kebaikan, dan kesejahteraan umat beragama. Pluralitas adalah kenyataan yang diciptakan oleh tuhan. Namun demikian umat manusia harus menyadari dan menerima kenyataan ini untuk saling melengkapi dan memperkaya pengalaman kehidupan bagi umat manusia. Oleh karna itu hidup rukun adalah tidak bertengkar namun saling menghormati. Suasana seperti ini sangat kita butuhkan dalam masyarakat dan menghindari sikap menang sendiri.
6. Toleransi dalam pluralisme budaya
Kebudayaan menunjuk kepada sederetan system pengetahuan yang dimiliki bersama, kebiasaan, nilai nilai, peraturan, dan symbol yang berkaitan dengan tujuan seluruh anggota masyarakat yang berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Interaksi antara seni dan agama sudah lama menjadi kenyataan. Agama merupakan sumber etika dan moralitas, seni adalah salah satu wahana yang paling tepat untuk mempromosikan kehidupan beragama.
7. Toleransi dalam pluralisme suku
Pluralisme dapat dikatakan merupakan pengejewantahan moto Bhineka Tunggal Ika. Mengembangkan pluralisme terbantahkan bahwabangsa Indonesia terdiri dari banyak suku, banyak pula subsuku pedalaman. Pluralisme akan tumbuh subur dan mewarnai kehidupan bangsa Indonesia jika kedepannya prinsip prinsip toleransi, persamaan di muka hukum dan lain lain ditetapkan seksama tanpa perduli asal dan warna terutama solidaritas terhadap mereka yang lemah.
8.  Mayoritas melindungi minoritas
Masyarakat kita sejak dulu biasa hidup dalam alam yang memiliki aneka ragam kepercayaan. Sejak awal perkembangan peradapannya sudah tumbuh kepercayaan kepada tuhan, secara berturut turut datanglah agama agama yang sekarang banyak kita kenal. Kedatangan agama tersebut tidak berarti kepercayaan dan agama yang sudah ada sebelumnya hilang, tapi masih terus hidup dan berkembang. Semua agama dan kepercayaan mengajarkan kebaikan supaya mereka saling menghormati dan mencintai.
9.  Manusia dalam hidup bermasyarakat
Manusia hanya akan mempunyai arti apabila bersama sama dengan manusia lainnya di dalam masyarakat. Tidak dapat dibayangkan jika manusia hidup sendiri tanpa orang lain. Secara kodrati manusia disamping mempunyai kekuatan juga dilengkapi dengan kelemahan manusia juga memiliki sifat yang baik dan kurang baik. Demi kelangsungan dan kesejahteraan hidupnya manusia perlu mendapat bantuan atau kerjasama dengan orang lain. Oleh sebab itu manusia perlu hidup bermasyarakat.
10. Toleransi dalam kaitannya dengan kerukunan di antara umat beragama, suku budaya, dan golongan.
Norma agama mengajarkan kepada manusia untuk berbuat kebajikan kepada sesama. karena manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki harkat dan martabat sama serta memiliki akal dan budi yang mulia. Dengan akal dan budinya, manusia wajib menjalin hubungan baik dengan lingkungan hidupnya, dengan sikap saling menghormati dan saling mengasihi. Setiap manusia dikaruniai hak-hak asasi yang harus dihormati olehorang lain. Manusia yang percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa akan selalu berbuat baik dan bersikap toleran terhadap manusia lain.


2.2 UPAYA PEMBANGUNAN INTEGRASI NASIONAL
Upaya Membangun Integrasi
Menurut Liddle, suatu integrasi nasional yang tangguh hanya dapat berkembang apabila :
1.   Sebagian besar anggota Masyarakat bangsa bersepakat tentang batas – batas territorial dari Negara sebagai suatu kehidupan politik dimana mereka menjadi warganya.
2.   Sebagian anggota masyarakat bangsa bersepakat mengenai struktur pemerintahan dan aturan-aturan dari pada proses politik  yang berlaku bagi seluruh masyarakat diatas wilayah Negara.
Dengan perkataan lain, suatu integrasi nasional yang tangguh akan  berkembang di atas konsensus nasional mengenai batas-batas suatu masyarakat tersebut. Dan harus memiliki :
1.   Kesadaran dari sejumlah orang bahwa mereka bersama-sama merupakan warga dari suatu bangsa.
2.   konsensus nasional mengenai bagaimana suatu kehidupan bersama sebagai bangsa harus diwujudkan atau diselenggarakan.
Konsensus nasional mengenai bagaimana kehidupan bangsa harus diwujudkan atau diselenggarakan  untuk sebagian harus kita temukan dalam proses pertumbuhan pancasila  sebagai dasar falsafah atau ideology Negara. Secara yuridis-formal, pancasila sebagai dasar falsafah Negara. Pada tingkat yang sangat umum telah diterima sebagai kesepakatan nasional serta lahir bersamaan dengan kelahiran Negara republic Indonesia sebagai Negara yang merdeka, bebas dari penjajahan bangsa lain.  Di dalam kenyataan, pancasila menjadi akar dalam sejarah pertumbuhan gerakan nasionalisme.
Bangsa Indonesia sebetulnya dapat belajar dari pengalaman negara-negara lain dan dari negara kita sendiri tentang akibat menguatnya primordialisme, sehingga keberadaan dan penguatan lembaga-lembaga integrative seperti sistem pendidikan nasional, birokrasi sipil dan militer, partai-partai politik (ideology nasionalisme yang dapat menjembatani perbedaan etnik yang tajam, Sedangkan partai etnik tidak berhasil) harus tetap dilaksanakan dengan mengingat bahwa hal ini adalah sebagai konsekuensi dari masyarakat kita yang majemuk.
Perlunya lembaga-lembaga pemersatu melalui state building.     Adapun uraian secara singkat tentang lembaga pemersatu yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Birokrasi Sipil dan Militer
Lembaga integrative yang paling dominant dan paling penting yang mutlak diperlukan adalah kekuatan militer (TNI), yang jika diperlukan dapat memakai penguasaan dan monopolinya atas alat-alat kekerasan (alat peralatan perang – alat utama sistem persenjataan) untuk mempertahankan dan bahkan untuk membangun negara bangsa. Dalam kerangka pemikiran tradisional bahkan gejala universal kaum militer di dunia, peranan militer sebagai benteng terakhir (mean of the last resort) mempertahankan kebutuhan negara bangsa. Hal ini dapat dilihat sikap keras dari militer terhadap gerakan-gerakan separatis maupun kedaerahan (primodialisme).
Selain birokrasi militer, proses state building juga mencakup birokrasi sipil yang mempunyai tugas utama menarik pajak dan menyediakan bahan Pokok khususnya bahan Makanan (aparatur pajak sebagai bentuk yang paling tradisional dari demokrasi). Penyediaan bahan Makanan harus tersedia dengan cukup untuk mencegah terjadinya “huruhara kelaparan pangan” atau food riots. Indonesia juga pernah mengalami food riots yang menyebabkan runtuhnya pemerintahan orde baru tahun 1998 akibat krisis moneter Sejak tahun 1997. Krisis pangan dan moneter juga meruntuhkan pemerintahan di Muangthai dan Korea Selatan, Sedangkan yang selamat hanya Malaysia di bawah PM Mahathir Mohammad.
Birokrasi militer dan sipil di Indonesia sudah berkembang pesat dan mengalami kemajuan baik dari segi jumlah, kualitas, jenjang pangkat maupun penempatan jabatan eselon Pimpinan serta sumber etnik rekrutmen. Dari segi etnik, baik TNI maupun Polri dan PNS baik Pusat maupun daerah sudah meliputi semua etnik group yang ada, sehingga melambangkan Bhineka Tunggal Ika.
2.    Partai Politik.
Dalam sejarahnya Partai Politik merupakan alat mobilisasi vertical yang lebih cepat dibandingkan dengan birokrasi nasional baik birokrasi sipil maupun militer. Dengan sistem Pemilu di Indonesia sekarang merupakan gabungan dari sistem distrik dan sistem proposional, sehingga perwakilan daerah dan etnik terwakili. Maka partai politik mampu menjadi alat integrasi bangsa untuk menekan perlawanan etnik yang minoritas).
3.    Sistem Pendidikan Nasional
Sistem pendidikan nasional menjadi alat integrasi nasional terutama karena sifatnya yang menciptakan elite nasional yang kohesif. Pendidikan nasional mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi, menjadi alat pemersatu baik melalui kurikulum nasiional, bahasa pengantar maupun sistem rekrutmen siswa, mahasiswa maupun tenaga pengajar yang bersifat nasional. Dalam suasana otonomi daerah sekarang ini diusahakan adanya ujian lokal tetapi yang berstandar nasional, demikian juga walaupun ada ide untuk menambah muatan kurikulum lokal/kedaerahan, namun tetap kurikulum inti mengajarkan ilmu sosial dan humaniora yang bersifat integratif dan nasional.
Sifat integratif lainnya adalah pemakaian bahasa pengantar yakni bahasa Indonesia sebaga bahasa nasional disamping penggunaan bahasa lokal/daerah yang diberlakukan untuk pendidikan tingkat SD/SLTP. Cara ini akan memudahkan integrasi ke dalam sistem nasional dan sosialisasi yang sama untuk seluruh warga negara.
Sedangkan alat integrasi yang lain adalah rekrutmen siswa, mahasiswa dan tenaga pengajar yang bersifat nasional dan multi etnik, sehingga terjadi proses komunikasi, sosialisasi, asimilasi dan kulturasi dari berbagai etnik di kalangan siswa, mahasiswa dan tenaga pengajar.
4.    Kemajuan Komunikasi dan Transportasi.
Peranan media masa nasional seperti koran, majalah, TVRI, RRI cukup penting di Indonesia sebagai alat integrasi nasional. Banyak koran maupun media masa lainnya yang terbit di Jakarta tetapi penyebarannya menjangkau sampai ke seluruh kabupaten-kabupaten, begitu juga koran lokal yang mampu menembus pasar ke daerah lainnya. Alat komunikasi lainnya adalah telepon, yang mengalami perkembangan pesat sejak pemerintahan orde baru sampai sekarang.
Perkembangan yang cepat dalam bidang transportasi mengakibatkan terjadinya mobilitas geografis penduduk dapat lebih cepat, aman, nyaman, dan murah. Bentuk mobilitas penduduk dapat transmigrasi, migrasi maupun turisme baik antar daerah, nasional, regional bahkan global. Meningkatnya kegiatan mobilitas penduduk dan turisme nasional maupun lokal membawa dampak memperkuat rasa kesatuan dan kebangsaan.


  

BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
1. Integrasi nasional adalan suatu konsep dalam ikatan  dengan wawasan kebangsaan dalam Negara Kesatuan Indonesia yang berkandaskan pada aliran pemikiran atau paham integralistik yang berhubungan dengan paham idealism untuk mengenal dan memahami sesuatu yang harus dicari kaitannya.
2.     Faktor-faktor yang dapat mengancam integrasi Nasional adalah
Keterbatasan pengetahuan yang dimiliki tentag sejarah-sejarah Indonesia.  Hilangnya rasa cinta tanah Air. Tidak ada rasa berkorban terhadap sesama. Bahkan hilangnya rasa hormat terhadap symbol-simbol Negara (Garuda pancasila) dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
3.    Upaya membanguan integrasi adalah perlu adanya kesadaran dari setiap masyarakat serta upaya perlunya kesadaran dari setiap masyarakat akan hak dan kewajibannya sebagai warga.

B. Saran
1.  Diharapkan bagi pembaca dapat memahami Integrasi Nasional.
2.  penulisan dapat disempurnakan lagi.












DAFTAR PUSTAKA